Archive | Mei 9, 2012

Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku


BAB I

PENDAHULUAN

I.          Latar belakang

Tidak dapat kita pungkiri, dijaman yang sangat maju seperti sekarang ini, dimana teknologi informasi yang begitu mudah dan cepat kita akses memberikan dampak yang positif dan negative di dalamnya yang mempengaruhi masyarakat kita.

Terkait itu semua, permasalah terbesar yang dihadapi oleh siswa sekarang ini adalah informasi – informasi yang diperoleh oleh siswa cenderung memicu tingkah laku yang menyimpang di sekolah yang nantinya dapat mempengaruhi proses blajar mengajar.

Untuk mengantisipasi atau menyeimbangkan semua itu, tidak sedikit metode pembelajaran yang dapat kita terapkan di kelas untuk menjacapai kualitas belajar siswa. Kualitas belajar siswa dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif. Bukan hanya itu, pengelolaan kelas juga merupakan faktor pendukung keberhasilan belajar untuk mencapai kualitas belajar siswa. Pengelolaan kelas itu sendiri adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan murid baik secara berkelompok maupun secara individual.

Berangkat dari hal tersebut diatas, maka penulis akan mengemukakan salah satu pendekatan yang di gunakan dalam mengelola kelas yaitu Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku. Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas di sini diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru ialah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada teori yang mantap. Secara singkat, teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah laku yang disukai ataupun yang tidak disukai, adalah hasil belajar. Mereka yang percaya pada teori ini berpendapat bahwa:

  1.  Penguatan (reinforcement) positif, penguatan negatif, hukuman dan penghilangan (extinction) berlaku bagi proses belajar pada semua tingkatan umur dan dalam semua keadaan, dan
  2. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.

Teori pengubahan tingkah laku berpendapat bahwa penguasaan tingkah laku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasil-hasilnya akan memperoleh ganjaran; bahwa penampilan tingkah laku yang dimaksudkan itu akan menghasilkan penguatan tertentu. Penguatan dipandang sebagai kejadian yang meningkatkan kemungkinan diulanginya penampilan perbuatan (tingkah laku) tertentu; dengan demikian perbuatan atau tingkah laku diperkuat. Tingkah laku yang diperkuat itu boleh berupa tingkah laku yang disukai ataupun yang tidak disukai. Dengan kata lain, jika tingkah laku tertentu diberi ganjaran, maka tingkah laku itu cenderung diteruskan.

  1. II.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

2.1        Pengertian dari penguatan negative, penguatan positif, penghukuman, penghilangan, dan penundaan?

2.2        Kapan waktu yang tepat untuk memberikan masing-masing penguatan serta cara pemilihan tindakan penguatan?

2.3        Apa manfaat dari penguatan dalam pengelolaan kelas?

III.    Tujuan

 Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah membantu memberikan informasi terkait dengan pengertian, cara pencapaian dan manfaat dari penguata, penjadwalan penguatan terkait dengan pendekatan tingkah laku dalam proses pengelolaan kelas.

 IV.    Manfaat

 Manfaat yang dapat kita ambil dari rumusan masalah adalah dapat berbagi informasi dan pembekalan bagi kita untuk dapat diterapkan pada saat kita mengajar dikelas, sehingga nantinya apabila kita bertemu masalah – masalah terkait dengan pengelolaan kelas, kita dapat dengan mudah menerapkan pendekatan modifikasi tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1           Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Dalam Pengelolaan kelas

Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada teori yang mantap, yaitu prinsip – prinsip psikologi behavioral. Pada dasarnya bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang di sukai maupun tingkah laku yang tidak disukai. Seorang siswa melakukan tindakan menyimpang tersebut karena satu atau dua alasan, yaitu :

  1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
  2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Di bawah ini, akan kita ulas satu per satu cara – cara yang dapat kita gunakan untuk meminimalkan hal – hal yang dapat mengganggu pengelolaan kelas seperti pemberian penguatan. Pada dasarnya penguatan dipandang sebagi kejadian yang meningkatkan kemungkinan di ulanginya penampilan perbuatan / tingkah laku tertentu. Apabila perbuatan / tingkah lakunya baik, maka cenderung diberikan penguatan dengan harapan agar tingkah laku itu diteruskan. Apabila perbuatan atau tingkah laku yang buruk, maka cenderung diberikan penguatan dengan harapan mengurangi / meniadakan hal – hal yang kurang menyenangkan, berikut adalah pengertian dari masing – masing penguatan / akibat dari tingkah laku siswa selama pengelolaan kelas berlangsung.

  1. a.      Penguatan positif

Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”. Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:

  1. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas
  2. Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).

Ilustrasi 2.1.a

–          Tingkah laku : Indah membuat tugas mengarangnya dengan baik dan ditulis rapi.

–          Penguatan positif : guru memuji pekerjaan Indah dan memberikan komentar bahwa tugas yang ditulis Indah lebih mudah dibaca dibandingkan dengan ditulis secara tidak rapi.

–          Frekuensi tingkah laku yang dikuatkan itu meningkat : Untuk tugas – tugas berikutnya, Indah terus memperhatikan kerapian laporannya.

Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan positif cenderung akan meningkat

  1. b.      Penghukuman

Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki.

Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.

Ilustrasi 2.1.b

–          Tingkah laku : Gayus mengumpulkan jawaban UTS 1 Bahasa Indonesianya yang kurang rapi.

–          Penghukuman : Guru memarahi Gayus karena tidak memperhatikan kerapian lembar jawaban UTS 1, mengatakan bahwa lembar jawaban yang tidak rapi susah dibaca, dan menyuruh Gayus membuat ulang jawabannya di lembar jawaban yang baru.

–          Frekuensi tingkah laku : untuk ujian – ujian selanjutnya Gayus memperhatikan kerapian lembar jawabannya.

Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan hukuman, akan cenderung menurun.

Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku teknik hukuman, yaitu :

  1. Agar peserta didik merasa ikhlas apabila menerima hukuman, maka sebaiknya aturan pemberian hukuman dibuat bersama antara pendidik dengan peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.
  2. Pemberian hukuman hendaknya segera setelah terjadinya pelanggaran
  3. Apabila terdapat hal-hal yang potitif dalam diri peserta didik yang melakukan pelanggaran, maka pemberian hukuman akan lebih baik jika dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.
  4. setelah menghukum peserta didik, pendidik hendaknya bersikap wajar agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat dipulihkan kembali.
  5. Pemberian hukuman hendaknya bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan hanya satu macam hukuman

Ada beberapa keuntungan dan kerugian pendekatan modifikasi prilaku teknik penghukuman yaitu sebagai berikut :

Keuntungan

  1. Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
  2. Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
  3. Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang mendapat hukuman itu.

Kerugian

  1. Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
  2. Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
  3. Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
  4. Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
  5. Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
  1. c.       Penguatan Negative

Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih baik itu akan ditingkatkan frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)

Ilustrasi 2.1.c

Pelatih ekstrakulikuler atletik menggunakan stimulasi aversi (stimulasi yang tidak menyenangkan) berupa para atlit harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali bila pemain melakukan kesalahan dalam latihan. Jika para atlit mampu berlatih sesuai instruksi pelatih, maka keharusan mengelilingi lapangan tersebut dapat dikurangi jumlahnya atau dihentikan.

Dengan demikian respon yang benar dari para atlit ditingkatkan atau dipelihara dengan penguatan negative.

Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan negative akan cenderung meningkat.

Ada beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku teknik penguatan negative yaitu hindari pemberian stimulus yang menyakitkan, berikan stimulus secara bervariasi, berikan penguatan dengan segera, sasarannya jelas dan keantusiasan.

  1. d.      Penghilangan

Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.

Ilustrasi 2.1.d

Angga yang selalu mendapat nilai terbaik disetiap ujian matematika, sebelumnya memperoleh pujian dari guru (tingkah laku siswa yang sebelumnya mendapat penguatan). Pada  saat guru membagikan hasil ujian matematika angga, guru hanya memberikannya tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif). Untuk ujian matematika selanjutnya, nilai yang diperoleh tidak menjadi yang tebaik.

Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang telah mendapat penguatan menjadi menurun.

  1. e.       Penundaan

Penundaan merupaan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.

Ilustrasi 2.1.e

Para siswa dikelas Ibu Lina (guru matematika) yakin bagwa guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan matematika, jika para siswa mengerjakan tugas dengan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa – siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali yuda. Ibu Lina mengatakan bahwa Yuda tidak diperkenankan mengikuti permainan itu dan duduk terpisah dari kelompok – kelompoknya (pengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Karena mendapat perlakuan seperti itu, selanjutnya Yuda mengerjakan tugas – tugas dengan baik.

Kesimpulan: frekuensi tingkah laku menurun.

Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa :
Mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.

DIAGRAM PENGUATAN TINGKAH LAKU

 

2.2           Waktu pemberian masing-masing penguatan

 

Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara :

  1. Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
  2. Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai, atau setiap “sekian” kali perbuatan.

Ada dua macam penjadwalan dalam penguatan berkala yaitu:

  1. a.      Penjadwalan interval

Penjadwalan interval yaitu pemberian penguatan siswa setiap jangka waktu tertentu. Misalnya setiap satu jam, seperti gambar berikut:

Keterangan : 0 = pemberian penguatan + = tingkah laku yang dimaksud

Pada umumnya, penjadwalan interval lebih efektif untuk “Mempertahankan” tingkah laku yang dimaksud terus menerus terjadi.

  1. b.      Penjadwalan rasio

Dan penjadwalan rasio lebih efektif untuk “Meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang dimaksud” . Yang perlu diperhatikan guru juga adalah bahwa makna suatu penguat bersifat “Unik” artinya sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima penguat tersebut. Apa yang oleh seorang siswa dianggap sebagai penguat, bagi siswa lain belum tentu diterima demikian. Dalam hal ini, pemahaman guru terhadap kondisi psikologis siswa akan sangat membantu.

Ada tiga cara yang dikenal dalam upaya pemilihan dan penerapan tindakan penguat, yaitu:

  1. Memperhatikan gelagat/tanda-tanda atau petunjuk khusus dengan cara mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa.
  2. Memperhatikan petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan perilaku tertentu. Dalam hal ini guru mencoba menetapkan tindakan dan perilaku apa yang dilakukan guru dan temanteman siswa itu yang tampaknya menguatkan perilaku siswa yang bersangkutan.
  3. Memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan cara langsung bertanya kepada siswa yang bersangkutan apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa untuk siapa biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti

Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.

1. Kehangatan dan keantusiasan

2. Kebermaknaan

3. Hindari respon negatif

4. Penguatan harus bervariasi

5. Sasaran penguatan harus jelas

6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul

2.3           Tujuan dan Manfaat dari Pemberian Penguatan dalam Pengelolaan kelas.

Dalam rangka pengelolaan kelas penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negative merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan.

Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rada percaya diri serta menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.

Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.